Bondowoso’s Coffee Renaissance: Pemuda Lokal Dorong Pariwisata Kopi Ke Panggung Dunia

 


Portalcerdas, OpiniBondowoso menunjukkan bangkitnya era baru wisata berbasis kopi dan budaya. Kampung Kopi Pelita memulai kembali Car Free Night sejak Desember 2023, dengan bazar UMKM, musik Patrol, dan macan kaduk sebagai magnet yang menggairahkan ekonomi lokal di tengah warga. Atraksi dan aktivitas ini bukan sekadar hiburan; mereka adalah tourism catalysts yang menempatkan kopi sebagai gateaway utama menuju pengalaman budaya yang autentik.

Bondowoso tidak hanya jadi destinasi lokal. Kopi Arabika Ijen Raung kini sudah menembus pasar global dan bahkan tersedia melalui jaringan seperti Starbucks via PT Sucafina.Ini menandakan bahwa petani lokal mampu memenuhi international quality standards, dan memberi bukti bahwa kopi Bondowoso siap bersinar di panggung dunia.

Saya, Muhammad Rafi Sofyan Putra pengelola Kampung Kopi Pelita, aktivis Pokdarwis Bondowoso, serta anggota EJEF dan komunitas Ijen Geopark memprakarsai “Ngopi Lintas Komunitas” setiap sabtu malam. Bersama komunitas seperti PMII, NU Backpacker, hingga barista muda lokal, inisiatif ini menyatukan ekonomi kreatif, edukasi kopi, dan networking sekaligus menciptakan sense of community yang mengakar, menghidupkan brand BRK (Bondowoso Republik Kopi) kembali.

Pemerintah daerah mendukung penuh. Gelaran Festival Kopi Nusantara VI dan revitalisasi Kampung Kopi Pelita pada malam Tasyakuran ke-8 menegaskan konsistensi komitmen untuk menghidupkan BRK. Tantangan berikutnya adalah memperkuat infrastruktur, akses permodalan, dan membangun kapasitas digital petani agar mereka tidak hanya jadi produsen, tapi juga coffee entrepreneurs sejati.

Dengan semangat young driven innovation, kolaborasi lintas komunitas, dan dukungan pemerintah, Bondowoso memiliki peluang besar untuk menjadi world-class coffee tourism destination. Kombinasi kopi berkualitas, budaya lokal yang kaya, serta keindahan Ijen Geopark menjadi paket lengkap. Ini saatnya kopi Bondowoso menggaungkan kisah bukan hanya sebagai komoditas, tetapi sebagai cultural ambassador dan pilar pembangunan berkelanjutan.

Posting Komentar

0 Komentar